Sabtu, 03 Desember 2016

Kunjungan Wakil Gubernur Jawa Timur, Bupati Lamongan dan Wakil Bupati Lamongan ke Desa Pelangwot


LAREN-Hari ini tanggal 3 Desember 2016 Bapak Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. H. Saifullah Yusuf, Bersama dengan Bupati Lamongan H. Fadeli, Sh. MM dan Wakil Bupati Lamongan Dra. Hj. Kartika Hidayati, M.M, MHP, didampingi Bapak Sekda Lamongan Yuhronur Efendi meninjau banjir di Desa Pelangwot Kecamatan Laren.

Kondisi aliran air

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati di pintu air Pelangwot


Bapak Kapolsek Laren, Bapak Danramil Laren, Bapak Sekda Lamongan, dan Bapak Camat Laren
Konferensi Pers

Kamis, 17 November 2016

Pemicuan STBM Desa Tejoasri Kecamatan Laren


LAREN-Hari ini di Desa Tejoasri dilaksanakan Pemicuan STBM Open Defecation Free (ODF) dengan sasaran warga desa yang buang air besar sembarangan dan yang tidak mempunyai jamban.


Pemicuan di Desa Tejoasri ini adalah pemicuan yang terakhir di bulan Nopember 2016, setelah rangkaian acara pemicuan dari Desa Laren, dan Desa Pelangwot. 
Setelah diadakan pemicuan, diharapkan para warga desa bisa timbul rasa segan untuk buang air besar sembarangan. Untuk terwujudnya desa Tejoasri yang Open Defecation Free (ODF) atau bebas dari perilaku bebas buang air besar sembarangan, warga desa Tejoasri bisa membangun jamban secara mandiri atau membangun jamban umum yang bisa dipergunakan oleh warga sekitarnya yang membutuhkan. (dms)

Senin, 14 November 2016

Penyuluhan Program Kusta Desa Pelangwot

LAREN-Hari ini dilaksanakan penyuluhan tentang kusta di desa Pelangwot Kecamatan Laren. Kusta yang juga dikenal dengan nama lepra atau penyakit Hansen adalah penyakit yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas, serta mata. Sistem saraf yang diserang bisa menyebabkan penderitanya mati rasa.
Kusta disebabkan oleh sejenis bakteri yang memerlukan waktu 6 bulan hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam tubuh. Tanda dan gejala kusta bisa saja muncul setelah bakteri menginfeksi tubuh penderita selama 2 hingga 10 tahun.


Meskipun dulu sempat menjadi penyakit yang ditakuti, saat ini kusta tergolong penyakit yang mudah diobati. Ironisnya, hingga saat ini beberapa daerah di Indonesia masih dianggap sebagai kawasan endemik kusta oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Gejala Kusta

Gejala dan tanda kusta sukar diamati dan muncul sangat lambat. Beberapa di antaranya adalah:
  • Mati rasa. Tidak bisa merasakan perubahan suhu hingga kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit.
  • Pembesaran pembuluh darah, biasanya di sekitar siku dan lutut.
  • Perubahan bentuk atau kelainan pada wajah.
  • Hidung tersumbat atau terjadi mimisan.
  • Muncul luka tapi tidak terasa sakit.
  • Kerusakan mata. Mata menjadi kering dan jarang mengedip biasanya dirasakan sebelum muncul tukak berukuran besar.
  • Lemah otot atau kelumpuhan.
  • Hilangnya jari jemari.
WHO menggolongkan kusta menjadi dua jenis berdasarkan kondisi luka pada kulit penderita, yaitu:
  • Paucibacillary. Ada luka kulit tanpa bakteri penyebab lepra pada bercak kusta di kulit.
  • Multibacillary. Ada luka kulit dengan bakteri penyebab lepra pada bercak kusta di kulit.

Penyebab Kusta dan Faktor Risiko

Bakteri Mycobacterium leprae menjadi penyebab utama kusta. Bakteri ini tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah, kaki dan lutut.M. leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa tumbuh berkembang di dalam beberapa sel manusia dan hewan tertentu. Cara penularan bakteri ini adalah melalui cairan dari hidung yang biasanya menyebar ke udara ketika penderita batuk atau bersin.
Selain penyebab utamanya, ada juga faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap penyakit ini. Beberapa faktor risiko tersebut meliputi:
  • Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa sarung tangan. Beberapa di antaranya adalah armadilo dan simpanse afrika.
  • Melakukan kontak fisik secara rutin dengan penderita kusta.
  • Bertempat tinggal di kawasan endemik kusta.
  • Menderita cacat genetik pada sistem kekebalan tubuh.

Diagnosis Kusta

Kebanyakan kasus kusta didiagnosis berdasarkan temuan klinis, karena penderita biasanya bertempat tinggal di daerah yang minim peralatan laboratorium. Bercak putih atau merah pada kulit yang mati rasa dan penebalan saraf perifer (atau saraf yang terletak di bawah kulit dapat teraba membesar bahkan terlihat)  seringkali dijadikan dasar pertimbangan diagnosis klinis. Pada kawasan endemik kusta, seseorang bisa dianggap mengidap kusta apabila menunjukkan salah satu dari dua tanda utama berikut ini:
  • Adanya bercak pada kulit yang mati rasa.
  • Sampel dari usapan kulit positif terdapat bakteri penyebab kusta.

Pengobatan Kusta

Mayoritas penderita kusta yang didiagnosis secara klinis akan diberi kombinasi antibiotik sebagai langkah pengobatan selama 6 bulan hingga 2 tahun. Dokter harus memastikan jenis kusta serta tersedianya tenaga medis yang mengawasi penderita untuk menentukan jenis, dosis antibiotik, serta durasi pengobatan.Pembedahan umumnya dilakukan sebagai proses lanjutan setelah pengobatan antibiotik. Tujuan prosedur pembedahan bagi penderita kusta meliputi:
  • Menormalkan fungsi saraf yang rusak.
  • Memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat.
  • Mengembalikan fungsi anggota tubuh.
Risiko komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat penyakit tersebut didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta terlambat diobati adalah:
  • Mati rasa atau kebas. Kehilangan sensasi merasakan rasa sakit yang bisa membuat orang berisiko cidera tanpa menyadari dan rentan terhadap infeksi.
  • Kerusakan saraf permanen.
  • Otot melemah.
  • Cacat progresif. Contohnya kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan dan hidung.
sumber: alodokter.com/kusta

Jumat, 11 November 2016

Pemicuan STBM Desa Pelangwot Kecamatan Laren


LAREN-Pemicuan STBM hari ini diadakan di Desa Pelangwot Kecamatan Laren. Acara dibuka oleh Bapak Kepala Desa Pelangwot, Bapak Sahari.



Pemicuan ini dihadiri oleh 50 warga desa. Dalam acara ini para warga desa diberikan pengertian tentang sebab akibat dari buang air besar sembarangan, dan kerugian yang ditimbulkan dari perilaku buang air besar sembarangan.

Setelah diadakan pemicuan, diharapkan para warga desa bisa timbul rasa segan untuk buang air besar sembarangan. Untuk terwujudnya desa Pelangwot yang Open Defecation Free (ODF), warga desa Pelangwot bisa membangun jamban secara mandiri atau membangun jamban umum yang bisa dipergunakan oleh warga sekitarnya yang membutuhkan. (dms)

Kamis, 03 November 2016

Pemicuan STBM Desa Laren Kecamatan Laren

LAREN-Hari ini diadakan acara pemicuan yang pertama kali dilaksanakan di Desa Laren, Kecamatan Laren. Pemicuan ini dihadiri oleh warga desa yang tidak memiliki jamban di rumahnya.
Acara dibuka oleh Bapak Kepala Desa Laren, Bapak Wiwit Rudianto.

Dalam acara ini para warga desa diberikan pengertian tentang sebab akibat dari buang air besar sembarangan, dan kerugian yang ditimbulkan dari perilaku buang air besar sembarangan.
Setelah diadakan pemicuan, diharapkan para warga desa bisa timbul rasa segan untuk buang air besar sembarangan. Untuk terwujudnya desa Laren yang Open Defecation Free (ODF), warga desa Laren bisa membangun jamban secara mandiri atau membangun jamban umum yang bisa dipergunakan oleh warga sekitarnya yang membutuhkan. (dms)


Selasa, 01 November 2016

Pertemuan lintas Sektor Kecamatan Laren


LAREN-Pertemuan Lintas Sektor hari ini menghadirkan Kepala Desa di Kecamatan Laren dan para bidan UPT Puskesmas Laren. Pada pertemuan ini ditekankan kesesuaian data kepemilikan jamban masyarakat desa se Kecamatan Laren.




Adapun data masyarakat yang tidak memiliki jamban adalah sebagai berikut:

1. Desa Jabung                          52
2. Desa Gelap                            95
3. Desa Karang Tawar               23
4. Desa Karang Wungu Lor      39
5. Desa Mojoasem                     33
6. Desa Bulutigo                        63
7. Desa Brangsi                           0
8. Desa Keduyung                     14
9. Desa Bulu Brangsi                 16
10. Desa Gampang Sejati            3
11. Desa Laren                           50
12. Desa Godog                            0
13. Desa Duri Kulon                 100
14. Desa Pelangwot                  152
15. Desa Centini                         95
16. Desa Siser                             83
17. Desa Tejoasri                        45
18. Desa Taman Prijek                36
19. Desa Dateng                          89
20. Desa Pesanggrahan               60
Total                                      1048

Desa sasaran pemicuan bulan Nopember 2016 ada 3 desa:
1. Desa Laren
2. Desa Pelangwot
3. Desa Tejoasri

Diharapkan setelah diadakan pemicuan, masyarakat desa bisa tercapai kondisi Open Defecation Free (Bebas dari Perilaku Buang Air Besar Sembarangan). (dms)

Sabtu, 22 Oktober 2016

Pertemuan Minilokakarya Lintas Sektor Open Defecation Free (ODF)


LAREN-Kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan, adalah pengertian dari Open Defecation Free (ODF).


Satu komunitas/masyarakat dikatakan telah ODF jika :
  1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban.
  2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
  3. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia.
  4. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban sehat.
  5. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban.
  6. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
  7. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.
  8. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana jamban dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid pada jam sekolah.
  9. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting untuk menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai.

Suatu komunitas yang sudah mencapai status Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan, pada tahap pasca ODF diharapkan akan mencapai tahap yang disebut Sanitasi Total. Sanitasi Total akan dicapai jika semua masyarakat di suatu komunitas, telah:
  1. Semua masyarakat berhenti BAB di sembarang tempat.
  2. Semua masyarakat telah mempunyai dan menggunakan jamban yang sehat dan memeliharanya dengan baik.
  3. Semua masyarakat telah terbiasa mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun setelah BAB, setelah menceboki anak, sebelum makan, sebelum memberi makan bayi, dan sebelum menyiapkan makanan.
  4. Semua masyarakat telah mengelola dan menyimpan air minum dan makanan dengan aman.
  5. Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat) dengan benar.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Komunitas merupakan kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial berdasarkan kesamaan kebutuhan dan nilai-nilai untuk meraih tujuan.

Target program yang ada pada STBM sendiri terdiri dari 5 (lima) Pilar yaitu :
  1. Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (ODF)
  2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
  3. Pengelolaan Makanan dan Minuman Rumah Tangga
  4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
  5. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga
Yang mana cakupan area pendekatan utamanya adalah tingkat rumah tangga secara kolektif. Untuk menjalankan itu semua harus digerakkan dan disinergikan melalui 3 komponen pendekatan yaitu :
  1. Menciptakan Kebutuhan (Demand Creation)
  2. Ketersediaan Pasokan (Supply Improvement)
  3. Lingkungan yang Mendukung (Enabling Environment)
Kecamatan Laren ada 3 Desa yang direncanakan akan dilakukan pemicuan STBM.
Desa tersebut adalah:
- Desa Laren
- Desa Pelangwot
- Desa Tejoasri


Selasa, 18 Oktober 2016

Cara Memadamkan Api Dengan Cara Tradisional, Modern Dan Cara Evakuasi Kebakaran



1.        CARA MEMADAMKAN API
Untuk mengantisipasi kebakaran di rumah ataupun di Puskesmas berbagai cara dapat dilakukan untuk memadamkan kebakaran dengan cara Tradisional dan modern yakni dengan memakai karung basah atau Apar, ketika api masih kecil dan tidak terlalu besar maka cara memadamkan kebakaran secara :
             A.    Tradisional
              Cara memadamkan api menggunakan karung basah sebagai berikut:
1.      Masukkan seluruh bagian karung goni kedalam air,peganglah karung menutupi tangan, posisikan karung disamping tubuh agar tidak menutupi pandangan, berjalanlah menuju sumber api dengan tidak melawan arah angin
2.      Setelah sampai di sumber api, posisikan karung di depan barang yang terbakar dengan tidak melawan arah angin, posisi anda harung berlindung dibalik karung
3.      Selanjutnya posisikan satu kaki kedepan dan tutuplah kobaran api secara perlahan, jangan anda lemparkan karung goni basah yang anda pegang
4.      Kemudian karung basah tadi usap – usapkan pada bagian benda yang terbakar agar api cepat padam oleh air yang menempel dikarung
5.      Setelah sekiranya api padam dan keluar asap pada karung maka angkatlah karung dengan posisi tangan memegangi tertutup karung.

Gambar 1

 
Gambar 2


Gambar 3


            B.     Modern
             Cara memadamkan api menggunakan APAR sebagai berikut:
1.      Tarik atau lepas Pin pengunci tuas APAR dengan cara tangan yang satunya memegang leher APAR
2.      Arahkan selang ke titik pusat api
3.      Tekan tuas untuk mengeluarkan isi Apar
4.      Sapukan secara merata sampai api padam
 
Gambar

            Hal yang perlu diketahui dalam menggunakan APAR :
1.      Perhatikan arah angin ( usahakan badan atau muka menghadap searah dengan arah angina ) supaya media pemadam benar-benar efektif menuju ke pusat api dan jilatan api tidak mengenai tubuh kita
2.      Perhatikan sumber kebakaran dan gunakan Jenis APAR yang sesuai dengan jenis-jenis kebakaran.

      2.      CARA EVAKUASI KEBAKARAN
       Saat ada tanda sirine atau Alerm pertanda kebakaran jangan panic, cari pintu keluar atau jalur evakuasi yang terdapat di gedung Puskesmas untuk menyelamatkan diri  untuk berkumpul ditempat Area Evakuasi dengan kreteria yang diutamakan keluar dulu dari gedung Puskesmas adalah sebagai berikut :
1.      Pembawa Dokumen
2.      Orang tua
3.      Wanita Hamil
4.      Anak-anak

BAHAYA MEROKOK DAN KAWASAN TANPA ROKOK

  APA YANG DI MAKSUD DENGAN ROKOK?? Rokok adalah hasil olahan tembakau, termasuk cerutu atau bentuk lainnya. Rokok termasuk zat ad...