Kamis, 17 November 2016

Pemicuan STBM Desa Tejoasri Kecamatan Laren


LAREN-Hari ini di Desa Tejoasri dilaksanakan Pemicuan STBM Open Defecation Free (ODF) dengan sasaran warga desa yang buang air besar sembarangan dan yang tidak mempunyai jamban.


Pemicuan di Desa Tejoasri ini adalah pemicuan yang terakhir di bulan Nopember 2016, setelah rangkaian acara pemicuan dari Desa Laren, dan Desa Pelangwot. 
Setelah diadakan pemicuan, diharapkan para warga desa bisa timbul rasa segan untuk buang air besar sembarangan. Untuk terwujudnya desa Tejoasri yang Open Defecation Free (ODF) atau bebas dari perilaku bebas buang air besar sembarangan, warga desa Tejoasri bisa membangun jamban secara mandiri atau membangun jamban umum yang bisa dipergunakan oleh warga sekitarnya yang membutuhkan. (dms)

Senin, 14 November 2016

Penyuluhan Program Kusta Desa Pelangwot

LAREN-Hari ini dilaksanakan penyuluhan tentang kusta di desa Pelangwot Kecamatan Laren. Kusta yang juga dikenal dengan nama lepra atau penyakit Hansen adalah penyakit yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas, serta mata. Sistem saraf yang diserang bisa menyebabkan penderitanya mati rasa.
Kusta disebabkan oleh sejenis bakteri yang memerlukan waktu 6 bulan hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam tubuh. Tanda dan gejala kusta bisa saja muncul setelah bakteri menginfeksi tubuh penderita selama 2 hingga 10 tahun.


Meskipun dulu sempat menjadi penyakit yang ditakuti, saat ini kusta tergolong penyakit yang mudah diobati. Ironisnya, hingga saat ini beberapa daerah di Indonesia masih dianggap sebagai kawasan endemik kusta oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Gejala Kusta

Gejala dan tanda kusta sukar diamati dan muncul sangat lambat. Beberapa di antaranya adalah:
  • Mati rasa. Tidak bisa merasakan perubahan suhu hingga kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit.
  • Pembesaran pembuluh darah, biasanya di sekitar siku dan lutut.
  • Perubahan bentuk atau kelainan pada wajah.
  • Hidung tersumbat atau terjadi mimisan.
  • Muncul luka tapi tidak terasa sakit.
  • Kerusakan mata. Mata menjadi kering dan jarang mengedip biasanya dirasakan sebelum muncul tukak berukuran besar.
  • Lemah otot atau kelumpuhan.
  • Hilangnya jari jemari.
WHO menggolongkan kusta menjadi dua jenis berdasarkan kondisi luka pada kulit penderita, yaitu:
  • Paucibacillary. Ada luka kulit tanpa bakteri penyebab lepra pada bercak kusta di kulit.
  • Multibacillary. Ada luka kulit dengan bakteri penyebab lepra pada bercak kusta di kulit.

Penyebab Kusta dan Faktor Risiko

Bakteri Mycobacterium leprae menjadi penyebab utama kusta. Bakteri ini tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah, kaki dan lutut.M. leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa tumbuh berkembang di dalam beberapa sel manusia dan hewan tertentu. Cara penularan bakteri ini adalah melalui cairan dari hidung yang biasanya menyebar ke udara ketika penderita batuk atau bersin.
Selain penyebab utamanya, ada juga faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap penyakit ini. Beberapa faktor risiko tersebut meliputi:
  • Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa sarung tangan. Beberapa di antaranya adalah armadilo dan simpanse afrika.
  • Melakukan kontak fisik secara rutin dengan penderita kusta.
  • Bertempat tinggal di kawasan endemik kusta.
  • Menderita cacat genetik pada sistem kekebalan tubuh.

Diagnosis Kusta

Kebanyakan kasus kusta didiagnosis berdasarkan temuan klinis, karena penderita biasanya bertempat tinggal di daerah yang minim peralatan laboratorium. Bercak putih atau merah pada kulit yang mati rasa dan penebalan saraf perifer (atau saraf yang terletak di bawah kulit dapat teraba membesar bahkan terlihat)  seringkali dijadikan dasar pertimbangan diagnosis klinis. Pada kawasan endemik kusta, seseorang bisa dianggap mengidap kusta apabila menunjukkan salah satu dari dua tanda utama berikut ini:
  • Adanya bercak pada kulit yang mati rasa.
  • Sampel dari usapan kulit positif terdapat bakteri penyebab kusta.

Pengobatan Kusta

Mayoritas penderita kusta yang didiagnosis secara klinis akan diberi kombinasi antibiotik sebagai langkah pengobatan selama 6 bulan hingga 2 tahun. Dokter harus memastikan jenis kusta serta tersedianya tenaga medis yang mengawasi penderita untuk menentukan jenis, dosis antibiotik, serta durasi pengobatan.Pembedahan umumnya dilakukan sebagai proses lanjutan setelah pengobatan antibiotik. Tujuan prosedur pembedahan bagi penderita kusta meliputi:
  • Menormalkan fungsi saraf yang rusak.
  • Memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat.
  • Mengembalikan fungsi anggota tubuh.
Risiko komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat penyakit tersebut didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta terlambat diobati adalah:
  • Mati rasa atau kebas. Kehilangan sensasi merasakan rasa sakit yang bisa membuat orang berisiko cidera tanpa menyadari dan rentan terhadap infeksi.
  • Kerusakan saraf permanen.
  • Otot melemah.
  • Cacat progresif. Contohnya kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan dan hidung.
sumber: alodokter.com/kusta

Jumat, 11 November 2016

Pemicuan STBM Desa Pelangwot Kecamatan Laren


LAREN-Pemicuan STBM hari ini diadakan di Desa Pelangwot Kecamatan Laren. Acara dibuka oleh Bapak Kepala Desa Pelangwot, Bapak Sahari.



Pemicuan ini dihadiri oleh 50 warga desa. Dalam acara ini para warga desa diberikan pengertian tentang sebab akibat dari buang air besar sembarangan, dan kerugian yang ditimbulkan dari perilaku buang air besar sembarangan.

Setelah diadakan pemicuan, diharapkan para warga desa bisa timbul rasa segan untuk buang air besar sembarangan. Untuk terwujudnya desa Pelangwot yang Open Defecation Free (ODF), warga desa Pelangwot bisa membangun jamban secara mandiri atau membangun jamban umum yang bisa dipergunakan oleh warga sekitarnya yang membutuhkan. (dms)

Kamis, 03 November 2016

Pemicuan STBM Desa Laren Kecamatan Laren

LAREN-Hari ini diadakan acara pemicuan yang pertama kali dilaksanakan di Desa Laren, Kecamatan Laren. Pemicuan ini dihadiri oleh warga desa yang tidak memiliki jamban di rumahnya.
Acara dibuka oleh Bapak Kepala Desa Laren, Bapak Wiwit Rudianto.

Dalam acara ini para warga desa diberikan pengertian tentang sebab akibat dari buang air besar sembarangan, dan kerugian yang ditimbulkan dari perilaku buang air besar sembarangan.
Setelah diadakan pemicuan, diharapkan para warga desa bisa timbul rasa segan untuk buang air besar sembarangan. Untuk terwujudnya desa Laren yang Open Defecation Free (ODF), warga desa Laren bisa membangun jamban secara mandiri atau membangun jamban umum yang bisa dipergunakan oleh warga sekitarnya yang membutuhkan. (dms)


Selasa, 01 November 2016

Pertemuan lintas Sektor Kecamatan Laren


LAREN-Pertemuan Lintas Sektor hari ini menghadirkan Kepala Desa di Kecamatan Laren dan para bidan UPT Puskesmas Laren. Pada pertemuan ini ditekankan kesesuaian data kepemilikan jamban masyarakat desa se Kecamatan Laren.




Adapun data masyarakat yang tidak memiliki jamban adalah sebagai berikut:

1. Desa Jabung                          52
2. Desa Gelap                            95
3. Desa Karang Tawar               23
4. Desa Karang Wungu Lor      39
5. Desa Mojoasem                     33
6. Desa Bulutigo                        63
7. Desa Brangsi                           0
8. Desa Keduyung                     14
9. Desa Bulu Brangsi                 16
10. Desa Gampang Sejati            3
11. Desa Laren                           50
12. Desa Godog                            0
13. Desa Duri Kulon                 100
14. Desa Pelangwot                  152
15. Desa Centini                         95
16. Desa Siser                             83
17. Desa Tejoasri                        45
18. Desa Taman Prijek                36
19. Desa Dateng                          89
20. Desa Pesanggrahan               60
Total                                      1048

Desa sasaran pemicuan bulan Nopember 2016 ada 3 desa:
1. Desa Laren
2. Desa Pelangwot
3. Desa Tejoasri

Diharapkan setelah diadakan pemicuan, masyarakat desa bisa tercapai kondisi Open Defecation Free (Bebas dari Perilaku Buang Air Besar Sembarangan). (dms)

BAHAYA MEROKOK DAN KAWASAN TANPA ROKOK

  APA YANG DI MAKSUD DENGAN ROKOK?? Rokok adalah hasil olahan tembakau, termasuk cerutu atau bentuk lainnya. Rokok termasuk zat ad...